LWtdNqtcNWRcMapdMWZdMGZbx7ogxTcoAnUawZ==
Tarebooks

Syair Kampung Gelam Terbakar karya Bastian Zulyeno, dkk

Buku: Syair Kampung Gelam Terbakar karya Bastian Zulyeno, dkk
Syair Kampung Gelam Terbakar 
Potret Toleransi Masyarakat Melayu 

Penulis: 
Bastian Zulyeno 
Maman S. Mahayana 
Ade Solihat 

Sampul: Fernando J Subandi 
Atak: Apip R Sudradjat 
Cetakan Pertama: Agustus 2019 
vi + 136 hlm. – 14,8x21 cm 
ISBN: 978-602-5819-16-2 

Diterbitkan pertama kali oleh: TareBooks 
(Taretan Sedaya International) 
Jalan Jaya 25, Kenanga IV, Cengkareng, 
Jakarta Barat 11730 
+62 81 11986 73 
tarebooks@gmail.com 
www.tarebooks.com 

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 
All Right Reserved 


Kata Pengantar 

Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi dikenal sebagai sastrawan dan intlektual Melayu yang menghasilkan karyakarya penting. Banyak peneliti asing dan Indonesia, Malaysia dan Singapura lebih mengenal Abdullah Munsyi melalui mahakarya Hikayat Pelayaran Abdullah. 

Sebenarnya Abdullah Munsyi juga menghasilkan syair dan ceretera. Sayangnya karya syair dan ceretara tersebut tidak banyak mendapat perhatian para peneliti. Amin Sweeney yang menghimpun karya lengkap Abdullah Munsyi memberi gambaran yang lebih komprehensif terhadap karya-karya Abdullah dari sana kita menemukan karya Abdullah penting artinya sebagai gambaran potret sosial pada masa itu, salah satu karya yang memperlihatkan karya tersebut Syair Kampung Gelam Terbakar, dalam syair itu tergambarkan secara tersirat dan tersurat bagaimana masyarakat di Singapura pada masa itu menjunjung semangat gotong royong dan toleransi. 

Penelitian ini akan  mengungkapkan fakta historis yang terjadi pada masa itu berkaitan dengan semangat menjunjung gotong royong dan toleransi. Analisis akan dilakukan dengan mengungkap peristiwa sejarah pada masa itu berdasarkan fakta-fakta sejarah serta menghubungkannya dengan kondisi sosial yang terjadi pada saat ini. Penelitian ini juga akan coba menelusuri bagaimana kegotong royongan di masyarakat kampung Gelam dapat bertahan hingga saat ini. 

Syair Kampung Gelam Terbakar sesungguhnya dapat dijadikan sebagai potret sosial kehidupan masyarakat heterogen yang dapat menjaga toleransi walaupun penduduknya hidup berdampingan antar berbagai suku bangsa. Penduduk di Kampung Gelam pada masa itu juga memilki kesadaran untuk saling membantu dan menghormati satu sama lain. Gotong Royong yang diklaim sebagai berasal dari masyarakat Jawa, ternyata sudah dipraktikkan oleh masyarakat Kampung Gelam yang heterogen.  

Depok, September 2018 
Tim Penulis 

DAFTAR ISI 

KATA PENGANTAR | iii 
BAB 1 Kilas Sejarah Kampung Gelam Singapura | 1 
Kampung Gelam | 3 
Mesjid dan Istana Sultan | 6 
Pusat Kebudayaan Melayu | 9 
Gedung Kuning | 11 
Pondok Kampong Glam| 12 
Ragam Pertokoan dan Sultan Gate | 13 
Aliwal Street: Bekas Sekolah Chong Cheng dan Sekolah Putri Chong Pun  | 16 
Jalan Sultan: Madrasah Alsagoff Al-Arabiah (Alsagoff Arab 
School) | 17 
Beach Road: Masjid Hajjah Fatimah | 21 
Victoria Street: Malabar Muslim Jama’ath Mosque | 22 
Bussorah Street | 25 
North Bridge Road dan Arab Street | 31 

BAB 2 Wajah Multikultural dan Multikulturalisme 
Singapura | 33 
Pendahuluan  | 33 
Perjalanan Historis Kehidupan Multikultural di Singapura | 44 
Singapura Lahir dari suatu Konflik Antaretnis  | 45 
Multikulturalisme a-la Lee Kuan Yew | 48 
Kontribusi Masyarakat Minoritas | 53 

BAB 3 PERPUISIAN INDONESIA: DARI LISAN KE 
TULISAN | 57 

BAB 4 SYAIR KAMPUNG GELAM TERBAKAR: KAJIAN 
SOSIOLOGI SASTRA | 95 

LAMPIRAN | 101 

DAFTAR REFERENSI | 107 

DAFTAR REFERENSI 

Baker, Jim. 2000. Crossroads: A Popular History of Malaysia and Singapore. Singapore: Times Media Private Limited. 

Goh, Daniel P.S., 2008. ―From Colonial Pluralism to Postcolonial 
Multiculturalism: Race, State Formation and the Question of Cultural 
Diversity in Malaysia and Singapore.‖ Sociology  Compass, Volume2, 
Issue, Januari 2008, pp. 232-252 

Mahayana, Maman S. Akar Melayu. Magelang: Indonesia Tera, 2001.  

Mahayana, Maman S. 2005. Sembilan Jawaban Sastra Indonesia: Sebuah Orientasi Kritik. Jakarta: Bening Publishing. 

Mahayana, Maman S. Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007. 

Liaw Yock Fang & H.B. Jassin, Ikhtisar Kritik Sastra. Singapura: Pustaka Nasional, 1970. 

Lodge, David (Ed.). 20th Century Literary Criticism. London: 
Longman, 1985. 

Lubis, Nina H. 1998. Kehidupan Kaum Menak Priangan 1800—1942. 
Bandung: Pusat Informasi Kebudayaan Sunda. 

Luxemburg, Jan Van dkk. Tentang Sastra. Terj. A. Ikram. Jakarta: Intermasa, 1989. 

Lee, Kuan Yew. 2000. From Third World to First: The Singapore Story 1965-2000. Singapore: Times Media Private Limited. 

Lian, K.F. (ed.), 2016. Multiculturalism, Migration, and the Politics of 
Identity. Brunei:  Universiti Brunei Darussalam, Bandar Seri Begawan 

Low, C. A. Kampong Glam A Heritage Trail. Singapura: National Heritage Board of Singapore. 

Sweeney, Amin (2006). Karya Lengkap Abdullah bin Abdulkadir Munsyi: Jilid 2 Puisi dan Ceretera. Kepustakaan Populer Gramedia/École française d‘Extrême-Orient. 

Sastrawardoyo, Subagio. 1989. ―Mencari Jejak Teori Sastra Sendiri,‖ 
Pengarang Modern sebagai Manusia Perbatasan. Jakarta: Balai Pustaka. 

Turnbull, C. M. .1996. A history of Singapore (2nd ed.). Singapore: Oxford University Press. 

Vertovec, S. 1996. Multiculturalism, culturalism, and public incorporation. Ethnic and Racial Studies, 19, 49–69. 

Wieviorka, M. 1998. Is multiculturalism the solution? Ethnic and Racial Studies, 21(5), 881–910 

Wise, A., & Velayutham, S. 2014. Conviviality in everyday multiculturalism: Some brief  comparisons between Singapore and Sydney. European Journal of Cultural Studies,  17(4), 406–430. 

Yeoh, B. (1996). Contesting space: Power relations and the urban built environment in colonial Singapore. Kuala Lumpur: Oxford University Press.
Bagikan ya:
tarebooks
880281021790400502